BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di
era yang modern ini penggunaan satelit dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
Bidang ini dapat berupa bidang Teknologi, Astronomi, Kebencanaan, hingga ke
bidang Lingkungan. Salah satu fungsi satelit yang banyak digunakan oleh
kebanyakan orang saat ini adalah untuk mengetahui berbagai aspek dalam bidang
lingkungan, contoh nya seperti pertanian, topografi, bahkan hingga ke bidang
kebencanaan. Dalam penggunaan nya kualitas satelit sangat dipengaruhi oleh
tingkat resolusinya, dimana semakin tinggi resolusi satelit maka semakin bagus
dan jelas kualitas gambar yang diperoleh. Piksel
sendiri merupakan titik elemen paling kecil pada citra satelit. Angka
numerik (byte) dari piksel disebut Digital
Number (DN). Digital Number bisa
ditampilkan dalam warna kelabu, berkisar antara putih dan hitam (greyscale),
tergantung level energi yang terdeteksi. Piksel yang disusun dalam sebuah order
yang benar akan membentuk sebuah citra.
Menurut
Jaya 2002, Citra satelit berdasarkan resolusi dan hasil yang didapat dapat
dibedakan menjadi 4 yaitu,
1.
Resolusi Spektral
Merupakan
dimensi dan jumlah daerah panjang gelombang yang sensitif terhadap sensor.
2.
Resolusi Spasial
Ukuran
terkecil suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang bisa dibedakan dengan
bentuk permukaan disekitarnya, atau sesuatu yang ukurannya bisa ditentukan.
Kemampuan ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan (recognize) dan
menganalisis suatu objek di bumi selain mendeteksi (detectable) keberadaannya.
3.
Resolusi Radiometrik
Ukuran
sensitifitas sensor untuk membedakan aliran radiasi (radiation flux) yang
dipantulkan atau ditransmisikan atau diemisikan suatu objek oleh permukaan
bumi.
4.
Resolusi Temporal
Frekuensi
suatu sistem sensor merekam suatu areal yang sama (revisit). Seperti Landsat TM
yang mempunyai ulangan setiap 16 hari, SPOT 26 hari dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang dapat kita angkat mengenai isu perkembangan satelit
lingkungan, yaitu:
1.
Apa saja macam-macam satelit lingkungan?
2.
Bagaimana cara pemanfaatan satelit
lingkungan?
3.
Apa misi dari setiap satelit lingkungan?
1.3 Manfaat
1.
Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh
pengetahuan baru mengenai satelit lingkungan baik dari segi fungsi dan cara
kerja nya.
b. Mengetahui
peran Penginderaan Jarak Jauh dalam bidang lingkungan.
2.
Bagi Dosen
a. Membantu
dosen dalam hal referensi bahan perkuliahan.
b. Membantu
dan memperlancar jalannya proses perkuliahan
3.
Bagi Pembaca
a. Menambah
ilmu pada bidang Penginderaan Jarak Jauh.
b. Menjadi
referensi dalam hal penulisan karya ilmiah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 LANDSAT
Teknologi
penginderaan jauh satelit dipelopori oleh NASA Amerika Serikat dengan
diluncurkannya satelit sumberdaya alam yang pertama, yang disebut ERTS-1 (Earth
Resources Technology Satellite) pada tanggal 23 Juli 1972, menyusul ERTS-2 pada
tahun 1975, satelit ini membawa sensor RBV (Retore Beam Vidcin) dan MSS (Multi
Spectral Scanner) yang mempunyai resolusi spasial 80 x 80 m. Satelit ERTS-1,
ERTS-2 yang kemudian setelah diluncurkan berganti nama menjadi Landsat 1,
Landsat 2, diteruskan dengan seri-seri berikutnya, yaitu Landsat 3, 4, 5, 6 dan
terakhir adalah Landsat 7 yang diorbitkan bulan Maret 1998, merupakan bentuk
baru dari Landsat 6 yang gagal mengorbit. Program Landsat merupakan satelit
tertua dalam program observasi bumi. Landsat dimulai tahun 1972 dengan satelit
Landsat-1 yang membawa sensor MSS multispektral. Setelah tahun 1982, Thematic
Mapper TM ditempatkan pada sensor MSS. MSS dan TM. Satelit Landsat (Satelit
Bumi) ini merupakan milik Amerika Serikat.
Terdapat
banyak aplikasi dari data Landsat TM-7 ini, manfaatnya adalah untuk pemetaan
penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan geologi, pemetaan suhu
permukaan laut dan lain-lain. Untuk pemetaan penutupan dan penggunaan lahan
dapat memilih data Landsat TM karena terdapat band infra merah menengah.
Landsat TM adalah satu-satunya satelit non-meteorologi yang mempunyai band
inframerah termal. Data thermal diperlukan untuk studi proses-proses energi
pada permukaan bumi seperti variabilitas suhu tanaman dalam areal yang
diirigasi.
Gambar
2.1 Satelit Landsat
Source
:https://img.okezone.com/content/2012/01/30/56/566270/5j69K2ddGW.jpg
2.2 SPOT
Merupakan
singkatan dari (Systeme Pour I
Observation de la Terre. SPOT-1 diluncurkan pada tahun 1986. SPOT dimiliki
oleh konsorsium yang terdiri dari Pemerintah Prancis, Swedia dan Belgia. SPOT
pertama kali beroperasi
dengan pushbroom
sensor CCD dengan kemampuan off-track viewing di ruang angkasa. Saat itu,
resolusi spasial 10 meter untuk pankromatik dan 20 meter daerah tampak
(visible). Pada Maret 1998 sebuah kemajuan signifikan SPOT-4 diluncurkan:
sensor HRVIR mempunyai 4 di samping 3 band dan instumen
VEGETATION
ditambahkan. VEGETATION didesain untuk hampir tiap hari dan akurat untuk
memonitor bumi secara global.
Tabel 2.1 karakteristik SPOT HRVIR
Gambar 2.2
Satelit SPOT
source: http://2.bp.blogspot.com/R7th2bEbXtM/T1bUB86C3eI/AAAAAAAAACs/gqmuYEC4A0s/s1600/spot-5_in_orbit.jpg
2.3 IKONOS
IKONOS
adalah satelit komersial beresolusi tinggi pertama yang
ditempatkan di
ruang angkasa. IKONOS dimiliki oleh Sapce Imaging, sebuah
perusahaan
Observasi Bumi Amerika Serikat. Satelit komersial beresolusi tinggi
lainnya yang
diketahui: Orbview-3 (OrbImage), Quickbird (EarthWatch) dan
EROS-A1 (West
Indian Space). IKONOS diluncurkan pada September 1999 danpengumpulan data
secara regular dilakukan sejak Maret 2000. IKONOS memiliki kemampuan merekam
citra multispetral pada resolusi 4 meter, IKONOS dapat juga merekam obyek-obyek
sekecil satu meter pada hitam dan putih. Dengan kombinasi sifat-sifat
multispektral pada citra 4-meter dengan detail-detail data pada 1-meter, Citra
IKONOS diproses untuk menghasilkan 1-meter produk-produk berwarna.
Sensor OSA pada satelit didasarkan
pada prinsip pushbroom dan dapat
secara simultan
mengambil citra pankromatik dan multispektral. IKONOS
mengrimkan
resolusi sapatial tertinggi sejauh yang dicapai oleh sebuah satelit
sipil. Bagian
dari resolusi spasial yang tinggi juga mempunyai resolusi
radiometrik
tinggi menggunakan 11-bit (Space Imaging, 2004). Data IKONOS dapat digunakan
untuk pemetaan topografi dari skala kecil hingga menengah, tidak hanya
menghasilkan peta baru, tetapi juga memperbaharui peta topografi yang sudah
ada. Penggunaan potensial lain IKONOS adalah Precision Agriculture hal ini digambarkan pada pengaturan band multispektra,
dimana mencakup band infra merah dekat (near-infrared). Pembaharuan dari
situasi lapangan dapat membantu petani untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk
dan herbisida.
Gambar 2.3
Satelit Ikonos
2.4 QUICKBIRD
Pada
tahun 2002 Digital Globe meluncurkan satelit komersial dengan kemampuan yang
lebih baik dari IKONOS yaitu QUICKBIRD. Dibekali dengan resolusi spasial hingga
60cm dan 2,4m untuk moda pankromatik dan multispektral. Selain resolusi spasial
yang sangat tinggi, keempat sistem pencitraan satelit memiliki kemiripan cara
merekam, ukuran luas liputan, wilayah saluran spektral yang digunakan, serta
lisensi pemanfaatan yang ketat. Keempat sistem menggunakan linear array
CCD-biasa disebut pushbroom scanner. Scanner ini berupa CCD yang disusun linear
dan bergerak maju seiring gerakan orbit satelit. Jangkauan liputan satelit
resolusi tinggi seperti Quickbird sempit (kurang dari 20 km) karena beresolusi
tinggi dan posisi orbitnya rendah, 400-600 km di
atas Bumi.
Resolusi
spasial tinggi ditujukan untuk mendukung aplikasi kekotaan,
seperti
pengenalan pola permukiman, perkembangan dan perluasan daerah
terbangun.
Saluran-saluran spektral B, H, M, IMD, dan PAN cenderung dipilih,
karena telah
terbukti efektif dalam menyajikan variasi fenomena yang terkait
dengan kota.
Kondisi vegetasi tampak jelas pada komposisi warna semu (false color), yang
tersusun atas saluran-saluran B, H, IMD ataupun H, M, IMD yang masing masing
ditandai dengan urutan warna biru, hijau, dan merah. Pada citra komposit warna
ini, vegetasi dengan berbagai tingkat kerapatan tampak bergradasi kemerahan.
Teknik pengolahan citra digital dengan indeks vegetasi seringkali memilih
formula NDVI (normalised diference vegetation index= IMD-M/IMD+M). Indeks atau
nilai piksel yang dihasilkan kemudian sering dijadikan ukuran kuantitatif
tingkat kehijauan vegetasi. Apabila diterapkan di wilayah kota, maka tingkat
kehijauan lingkungan urban dapat digunakan sebagai salah satu parameter
kualitas lingkungan. Untuk lahan pertanian, NDVI terkait dengan umur,
kesehatan, dan kerapatan tanaman semusim, sehingga seringkali dipakai untuk
menaksir tingkat produksi secara regional.
Gambar 2.4
satelit Quickbird
source: http://s3.amazonaws.com/content.satimagingcorp.com/media/cms_page_media/65/quickbird%20sm.jpg
2.5 ALOS
Advanced
Land Observing Satellite (ALOS) atau juga bernama Daichi diluncurkan
pada tanggal 24 Januari 2006 mempunyai 5 misi utama yaitu pengamatan
kartografi, pengamatan regional, pemantauan bencana alam, penelitian sumber
daya alam dan pengembangan teknologi satelit JERS-1 dan ADEOS. ALOS dilengkapi
dengan tiga sensor inderaja, yaitu sensor Panchromatic Remote Sensing
Instrument for Stereo Mapping (PRISM) dan sensor Advanced Visible and
Near Infrared Radiometer type-2 (AVNIR-2), serta sebuah sensor gelombang
mikro atau radar yaitu Phased Array type L-Band Synthetic Aperture Radar (PALSAR)
(Shimada, 2009, Fukuda, 2011). Misi ALOS
berakhir pada tanggal 12 Mei 2011. Satelit ini telah merekam 6,5 juta informasi
dalam lima tahun sejak mulai operasi dan telah banyak berkontribusi dalam mengakusisi
data dalam keadaan darurat untuk keperluan bencana dengan pengamatan sekitar
100 wilayah yang dilanda bencana dalam skala besar pertahun. Peran dari satelit
ini kemudian digantikan oleh generasi selanjutnya yaitu ALOS 2&3.
Gambar 2.5
Satelit ALOS
2.6 TERRA MODIS
MODIS adalah
salah satu instrument utama yang dibawa Earth
Observing System
(EOS) Terra satellite, yang merupakan bagian dari program
antariksa
Amerika Serikat, National Aeronautics and Space Administration
(NASA). Program
ini merupakan program jangka panjang untuk mengamati,
meneliti dan
menganalisa lahan, lautan, atmosfir bumi dan interaksi diantara
faktor-faktor
ini. MODIS mengorbit bumi secara polar (arah utara-selatan) pada ketinggian 705
km dan melewati garis khatulistiwa pada jam 10:30 waktu lokal. Lebar cakupan
lahan pada permukaan bumi setiap putarannya sekitar 2330 km.
Pantulan gelombang
elektromagnetik yang diterima sensor MODIS sebanyak 36
bands (36
interval panjang gelombang), mulai dari 0,405 sampai 14,385 ¦Ìm (1
¦Ìm =
1/1.000.000 meter). Data terkirim dari satelit dengan kecepatan 11 Mega
bytes setiap
detik dengan resolusi radiometrik 12 bits. Artinya obyek dapat
dideteksi dan
dibedakan sampai 212 (= 4.096) derajat keabuan (grey levels).
Satu elemen
citranya (pixels, picture element) berukuran 250 m (band 1-2), 500
m (band 3-7) dan
1.000 m (band 8-36).
Produk MODIS dikatagorikan menjadi
tiga bagian yaitu produk pengamatan vegetasi, radiasi permukaan bumi, dan
tutupan lahan. Diantara capaian riset adalah pendeteksian kebakaran hutan,
pendeteksian perubahan tutupan lahan dan pengukuran suhu permukaan bumi. Suhu
permukaan bumi dipadukan dengan data albedo (fraksi cahaya yang dipantulkan
permukaan bumi) dimanfaatkan untuk pemodelan iklim. Dengan resolusi spasial
yang semakin tinggi, dimungkinkan riset tentang prakiraan, dampak serta
adaptasi regional yang diperlukan dalam menghadap perubahan lingkungan.
Pemanfaatan resolusi maksimum pada 250, 500 dan 1.000 meter sangat cocok untuk
melakukan studi regional. Jika dipadukan dengan data Landsat TM, studi ini akan
menghasilkan data dasar untuk monitoring dan pemodelan perubahan tutupan dan
penggunaan lahan (land cover and land use) serta data dasar untuk pengamatan
unsur carbon, yang menjadi salah satu parameter penting dalam studi lingkungan
global.
Gambar 2.6
Satelit Terra
source:
http://bdpjn-catalog.lapan.go.id/catalog/help/deskripsi/img/lowres/terra-scientificamerican_scan.jpg
2.7 THE INDIAN REMOTE SENSING (IRS)
Sistem IRS telah
muncul sebagai salah satu program yang paling bergengsi pada industri citra
komersial. Fokus program IRS adalah untuk
mengembangkan
teknologi ruang angkasa dan aplikasinya dalam mendukung
pembangunan
nasional. Dengan penekanan pada peningkatan sumberdaya, IRS
sangat penting
untuk memonitor keberadaan sumberdaya untuk pemanfaatan
yang optimal.
Satelit IRS 1A dan 1B, IRS 1C diluncurkan pada 1995 dan IRS 1D pada 1997 oleh
Pemerintah India. Citra Pankromatik resolusi 5 meter yang dikumpulkan oleh
IRS-1C dan ID merupakan citra yang sesuai/ideal untuk perencanaan perkotaan,
manajemen bencana, pemetaan dan berbagai aplikasi yang membutuhkan kombinasi
unik pada citra resolusi tinngi, revisit frekuensi (resolusi temporal) yang
tinggi dan cakupan rea yang luas. Satelit ini memiliki kemampuan stereo imaging,
kemampuan gain dan cross-track imaging yang dapat diatur (Space Imaging, 2004).
Gambar 2.7
Satelit IRS
2.8 NOAA
Merupakan
singkatan dari National Oceanic and Atmospheric Administration, Sensor NOAA
yang relevan untuk pengamatan bumi adalah Advanced
very high resolution radiometer (AVHRR). Sensor AVHRR mempunyai FOV sangat
lebar (110o) dan dan jarak yang jauh dari bumi, prinsip whiskbroom menyebabkan
perbedaan yang besar pada ground sel terukur dalam satu kali penyiaman
(scanline). Data citra standar produk-produk AVHRR menghasilkan data citra
dengan ukuran yang sama ukuran di lapangan (ground pixels). Data AVHRR terutama
digunakan peramalan cuaca harian dimana
memberikan data
yang lebih detail daripada Meteosat. Selain itu, juga dapat
diterapkan
secara luas pada banyak lahan dan perairan.
Data AVHRR data digunakan untuk
membuat Peta Suhu Permukaan Laut
(Sea Surface
Temperature maps/SST Maps), dimana dapat digunakan pada
monitoring
iklim, studi El Nino, deteksi arus laut untuk memandu kapal-kapal
pada dasar laut
dengan ikan berlimpah, dan lain-lain. Peta Tutupan Awan (Cloud
Cover Maps) yang
berasal dari data AVHRR, digunakan untuk edtimasi curah
hujan, dimana
dapat menjadi input dalam model pertumbuhan tanaman.
Gambar 2.8
satelit NOAA
2.9 METEOSAT-5
Meteosat
adalah sebuah satelit geostasioner yang digunakan dalam
program
meteorologi dunia. Program ini terdiri dari tujuh satelit. Satelit Meteosat
dimiliki oleh the European Organisation Eumetsat. Saat ini, Meteosat-5
dioperasikan dengan Meteosat-6 sebagai back-up. Band-band spektral pada sensor
VISSR dipilih untuk mengamati fenomena yang relevan bagi ahli meteorologi: band
pankromatik (VIS), band infrared menengah, dimana dapat memberikan informasi
tentang uap air (WV) yang terdapat di atmosfer, dan band termal (TIR). Pada
kondisi awan, data termal berkaitan dengan suhu puncak awan, dimana digunakan
untuk memperkirakan dan meramalkan curah hujan. Pada kondisi tidak berawan,
data termal berkaitan dengan suhu permukaan daratan dan lautan.
Gambar 2.9
Satelit Meteosat-5
2.10 WORLD VIEW
Merupakan
satelit generasi terbaru dari Digital Globe yang diluncurkan tanggal 8 Oktober 2009.
Citra satelit yang dihasilkan memiliki resolusi spasial tinggi dan memiliki
resolusi spectral lebih lengkap dibandingkan citra satelit sebelumnya. Resolusi
spasial yang dimiliki oleh World View 2 yaitu 0.46m-0.5m untuk citra
pankromatik dan 1.84m untuk citra multispektral. Citra multispektral dari World
View 2 ini memiliki 8 band, sehingga sangat mendukung bagi keperluan
analisis-analisis spasial sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Gambar 2.10
Satelit WrldView2
source: http://s3.amazonaws.com/content.satimagingcorp.com/media/cms_page_media/57/worldview-2%20sm.jpg
2.11 MARINE OBSERVATION SATELLITE (MOS)
Pada
tahun 1986 Jepang meluncurkan satelit untuk penginderaan laut,yaitu satelit
MOS-1. Sistem orbit maupun ketinggian orbitnya serupa satelitLandsat. Satelit
MOS-1 akan membawa tiga jenis sensor, satu diantaranya
berupa penyiam bentuk sapu yang disebut Multispectral Electronic Self-Scanning Radiometer (MESSR). MESSR merekam menggunakan 4 saluran
yaitu hijau hingga inframerah dekat. Resolusi spasial sebesar 50 meter, tiap
lembar citra MOS meliput daerah seluas 200 km x 200 km atau seluas 40.000km2.
Sensor lainnya berupa sebuah penyiam multispektral dengan resolusi spasial
kasar dan sebuah radiometer penyiam gelombang mikro.
Gambar 2.11
Satelit MOS
2.12 HCMM
Merupakan
satelit NASA pertama untuk seri Application Explorer Mission (AEM) yang
memiliki ukuran relatif kecil. Satelit ini diorbitkan pada tangga 26 April 1978
hingga bulan September 1980 dengan ketinggian orbit 620km. Memiliki resolusi
data sebesar 0.6km pada bagian tengah citra dan 1 km pada bagian tepinya.
Satelit ini digunakan dalam berbagai bidang lingkungan yaitu pemetaan geologi
berdasarkan peta ketahanan termal, pemetaan vegetasi, mendeteksi gangguan pada
vegetasi, pemetaan kelembababn tanah, pemetaan pulau panas pada daerah
kekotaan, pantauan penyebaran termal pada daerah industri.
Gambar 2.12
satelit HCMM
2.13 SEASAT
Merupakan
satelit eksperimental pertama miliki NASA yang dirancang untuk penginderaan
sumber daya laut permukaan bumi yang direkam oleh seasat ialah daerah garis
lintang 72ͦ dan 72ͦ selatan. Diluncurkan pada 26 Juni 1978 dengan orbit hampir
poler dengan ketinggian 800km, satelit ini dilengkapi 5 sensor, 2 diantaranya
merupakan sebuah radiator dan radar jenis SAR. Satelit ini dimanfaatkan untuk
memantau keadaan air laut, pemetaan es laut, vegetasi, daerah urban, geologi,
penutup lahan serta hidrologi.
Gambar 2.13
Satelit Seasat
2.14 EARTH RESOURCES SATELLITE (ERS)
Satelit ini diluncurkan dengan orbit
sinkron matahari dengan ketinggian 700km. Memiliki 2 paket sensor yang
digunakan dalam penginderaan, satu paket untuk penginderaan daratan, satu paket
lagi untuk penginderaan laut. Satelit ini digunkan untuk prakiraan cuaca dan
laut, suhu permukaan laut dan fitoplankton.
Gambar 2.14
Satelit ERS
2.15 RADARSAT
Satelit ini
diluncurkan oleh Kanada pada tahun 1989. Sensornya berupa SAR dengan saluran C
yang sudut datangnya dapat diubah dengan kisaran sebesar 20ͦ - 50ͦ. Kegunaan
utamanya untuk pemetaan es, terutama pada daerah pengeboran minyak lepas pantai
di daerah Kanada Utara.
Gambar 2.15
Satelit Radarsat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
tinjauan pustaka di atas dapat kita simpulkan bahwa satelit lingkungan terus
diperbarui baik itu dari segi resolusi maupun pencitraan satelit itu sendiri.
Satelit lingkungan yang pernah mengorbit di bumi berjumlah kurang lebih 15
satelit, dan saat ini jumlah nya sudah berkurang karena berakhirnya misi
satelit ataupun satelit memasuki masa pengnonaktifan. Peluncuran satelit
lingkungan sendiri tanggal 26 April 1978 yaitu dengan nama satelit HCMM milik
NASA USA sampai satelit yang masih berorbit seperti IKONOS, LANDSAT, SPOT, dll.
3.2 Kritik dan Saran
Menurut saya Indonesia telah
memiliki kemampuan untuk pengembangan satelit sendiri baik itu dengan cara
individu maupun kerja sama dengan negara yang pernah memiliki kemampuan dalam
bidang satelit.
Menyadari bahwa penulis masihjauh
dari kata sempurna, untuk kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak,
terupdate, dan dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Samsul. - . Potensi Pemanfaatan Satelit
Alos-3. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Siddik,
Ahmad Thoha. 2008. Karakteristik Citra
Satelit.Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Suwargana,
Nana. 2013. Resolusi Spasial, Temporal
dan Spektral Pada Citra Satelit Landsat, Spot, dan Ikonos. Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional. Volume 1 nomor 2Juli-Agustus 2013.
0 komentar:
Posting Komentar